Mata ikan ternyata menyebalkan. Awalnya hanya satu. Berikutnya menyebar ke mana-mana. Ditambah lagi cerita dari orang-orang terdekat, mengangkat “Callus” itu harus dengan operasi. Agar bersih dan tidak tumbuh-tumbuh lagi.
Membayangkan operasi saja sudah ngeri. Memang sih sebatas operasi kecil dengan bius lokal. Namun melihat video operasi itu di YouTube, merinding jadinya.
Pisau membedah bagian yang terkena mata ikan tadi, lalu dikorek-korek hingga ketemu “mata”-nya. Darah bercucuran. Akhirnya ketemu, diangkatlah mata itu. Besarnya seperti kelereng. Lalu bagian yang ditinggalkan tadi berlubang.
Tidak adakah jalan lain?
Pengalaman teman saya lebih seru. Atau sebenarnya bikin ngilu. Di jempol kakinya tumbuh mata ikan. Ia obati dengan salep. Mengelupas. Tapi tumbuh lagi. Begitu saja. Ia bosan, akhirnya mencabut paksa mata ikan yang sudah terlihat rambutnya itu. Ia gunakan Tang. Jepit, tarik. Darah muncrat dari jempolnya. Sakit sekali. Ia lalu berbaring. Setelah beberapa hari, hilang sama sekali. Bahkan mata ikan lainnya, yang ikut tumbuh tiba-tiba hilang juga.
Bisa dibilang saya ini penakut. Saya tidak berani mengikuti jejak teman saya yang ekstrim tadi. Untuk operasi saya juga berpikir berulang kali. Cari aman. Saya datang ke apotek, menanyakan obat untuk mata ikan. Apoteker menyarankan Callusol. “Tiga hari juga hilang, Pak”, katanya yakin.
Mendengar itu saya bahagia. Terbawa angin surga. Saya ikuti saran dan petunjuk pemakaiannya: Olesi mata ikan itu sehabis mandi pagi dan menjelang tidur malam.
Tiga hari kemudian berhasil. Mata itu terkelupas. Hanya sebagian. Lapisan terluar saja. Masih jauh perjalanan hingga mencapai akarnya.
Saya lakukan lagi dan lagi, dengan ketekunan yang tidak bisa dibanggakan. Karena setelah 2 minggu pemakaian, masih ada juga tambahan kulit itu. Setelah sebulan, akhirnya benar-benar terkelupas semua bagian luarnya.
Tapi saya masih curiga, akarnya belum dapat. Meski sudah tidak lagi ada benjolan. Saya perhatikan masih ada 3 titik hitam di dalam. Saya biarkan saja, sambil berdoa semoga itu hanya sisa-sisa.
Ternyata, setelah beberapa hari kemudian mata itu muncul lagi. lama-lama tambah besar. Dan kali ini lebih menyeramkan, karena warnanya dominan hitam. Jelek sekali. Malu bila ditunjukkan. Saya pasrah, memang obatnya adalah operasi kecil.
Waktu berlalu, operasi tidak pernah saya lakukan. Kira-kira dua bulan kemudian, saya iseng. Oleskan lagi Callusol bekas pengobatan kemarin. Oles sebentar, mata ikan yang menghitam itu berubah jadi putih. Cepat. Berdasarkan pengalaman, bila setelah dioles kulit cepat putihnya, berarti kulit itu sudah mati. Mudah dikelupas dan tidak sakit.
Kenyataannya begitu, mata ikan itu menjadi empuk dan tidak sakit. Kira-kira satu minggu rutin mengolesi, akhirnya saya beranikan diri untuk mengkorek-korek. Awalnya dengan tangan. Kemudian dengan gunting kuku. Karena sama sekali tidak sakit, saya lanjutkan. Hingga tidak bersisa.
Mungkinkah ini berhasil? Saya masih khawatir. Karena itu, 3-4 mata ikan yang tumbuh disebelahnya saya babat habis.
Kini, kira-kira sudah sebulan berlalu sejak saya mengobati mata ikan jilid 2 dengan Callusol. Tidak ada tanda-tanda ia muncul lagi. Semoga saja kali ini ia tidak tumbuh lagi.
Tips
- Callusol tidak lebih keras dibanding Collomack (Atau apa ya dulu namanya). Jadi harus tekun dan sabar sekali menjalani prosesnya. Bila perlu, setelah mengolesi callusol tutup dengan plester.
- Pastikan akar atau mata itu sudah terambil.
- Penyebab mata ikan/ Callus/ Penebalan kulit “katanya” pemakaian sepatu atau sendal yang ketat. Sehingga kulit bergesekan secara terus menerus. Lalu masuk virus. Jadi, pakai sepatu atau sendal yang nyaman. Dan jangan lupa perhatikan kebersihan kaki. Bila terlanjur muncul, segera basmi. Sebelum menyebar.
Kira-kira, ada juga yang punya pengalaman dengan mata ikan, kutilan, kapalan, atau penebalan kulit lainnya?
Salam,
diki septerian
Pernah nih, kang. Kena kutil pas masih SMA sekitar 8 tahunan lalu. Maluuu banget apalagi kenanya di tangan. Ibaratnya kalau mau salaman sama gebetan, berasa tangan kena sambel terasi dah. Hiks.
Cara ngilanginnya pake trik sabun detergen. Iya. SABUN DETERGEN BUAT CUCI BAJU.
Soalnya saya pakai obat apotik malah hilang tumbuh hilang tumbuh. Kan jadi gemezh. Uh.
Saya dulu pakai Rins* atau kalau enggak ada b**m. Seinget saya, dulu saya dapat ide ini nyolong di google. Entah kerasukan jin mana, saya ikuti trik nyeleneh google ini dengan variasi dan improvisasi versi saya. Hehee
Caranya cukup simple, cukup bersihin kutil di tangan terus detergen ditaburin sampai nutupin kutil. Awal pertama pakai cukup cekit-cekit dan sakit. Abis itu enggak kerasa apa-apa. Saya cuma pakai setiap mau tidur. Si Jahanam, saya biarkan terbalut detergen dan kain kasa sampai keesokan paginya.
Dan setelah saya pakai rutin dua minggu. TARAAAAA~~ Si Jahanam Minggat. Yeeeeyyy~~
Akhir kata, begitulah kisah tragis saya bersama si jahanam.
Sekian.
eh, btw makasih nih kang soal review rice cooker yong ma. saya tadi galau mau beli rice cooker terus malah nyasar di sini. Hehehe
Detergen? Ekstrim banget teeh …
Hehe, btw apapun demi gebetan yey.
Oh, Alhamdulillah, semoga awet rice cooker nya ya 🙂
Sumpah baru nyadar ekstrim itu sekarang, kang. Dulu mah boro-boro.
Maklum masih piyik terus cara mikirnya ya, kalau ada yang gampang ngapain dibikin repot. Nah, sekarang malah kebalik. Mau beli rice cooker aja mikirinnya kaya mau ujian, ini merk apa, berapa watt, tahan lama gak ya, kapasitas berapa, itungan listrik sebulan entar dapet berapa, bisa multifungsi apa enggak, bahannya apa, garansinya berapa, kok harganya segini ya, aduuuhh lieur.
eh ngomong-ngomong akang udah nyobain masak apa gitu pakai rice cooker yong ma? Soalnya ada pre-order sale di olshop panutan daku. katanya sih produk terbaru untuk tahun 2019. makanya pre-order. Nah, ini nih yang bikin lemah iman tabungan…
Sekarang jadi banyak pikiran ya teh, hehe.
Sampai sekarang baru buat masak nasi ajah. Padahal mamah ceria kepincut sama fitur ini itu-nya.
Cuma, saya udah bisa nebak endingnya. Hehe.
Saya sih tertarik sama panci eco keramik nya, teh. Fitur lainnya bonus 🙂