Pernah dengar nama kamera ini: Canon Powershot G1X Mark II? Kalau belum, akang tidak sendiri. Saya sendiri tau, tapi lupa. Hingga akhirnya kamera itu datang sendiri ke meja.
Bagi penggemar Canon, nama itu pastilah tidak sulit. Mereka langsung ingat pada Kamera Saku dengan sensor paling besar di antara sesamanya: 1,5 inchi.
Bagi awam, nama itu sama sekali tidak membantu mereka mengingat apa-apa. Karena itu, saya bantu mengurai nama itu satu per satu:
- Canon: nggak perlu dijelasin lagi, kan?
- Powershot: Tipe kamera saku Canon
- G1X: Tipe tertinggi dari seri G
- Mark II: Menandakan generasi ke 2
Canon terbiasa memberi nama terbalik. Semakin kecil angkanya, semakin tinggi spesifikasi dan harganya. Tidak seperti Samsung, atau Asus, atau kebanyakan merk ponsel lainnya.
Samsung Galaxy S9 pasti lebih baik dari Samsung Galaxy S2, bukan? Begitu kira-kira analoginya.
Jadi, Canon Powershot G1X Mark II adalah generasi ke-2. Yang kelahirannya didahului oleh G1X, dan tahtanya sekarang digantikan oleh G1X Mark III.
Yang membuatnya menarik
Di atas kertas, tentu dimensi kecil dengan potensi performa besar. Di tambah lensa sapu jagat (ekuivalen 24-120 mm) dengan bukaan relatif besar (f/2.0-f/3.9).
Saat digunakan, ternyata lebih menarik lagi. Bobotnya memang lebih berat dari kamera andalan saya dulu, Canon Powershot G7X, tapi kontrolnya jauh lebih mudah.
Kontrol utama ada dua di ring lensa. Tambah satu lagi di bagian belakang. Sehingga saat mode manual 3 parameter dasar (Aperture, Shutter speed, dan ISO) dapat diakses sekaligus.
Belum lagi tombol “S” yang dapat kita atur untuk parameter apapun.
Yang membuatnya terlupakan
Harga. Tahun 2014 yang lalu, saat rilis pertamanya kamera ini dihargai Rp 8 jutaan. Mahal untuk ukuran kamera kompak. Dengan uang segitu, jelas lawannya adalah mirrorless yang lebih fleksibel (bisa gonta-ganti lensa).
Bagaimana dengan hasilnya?
Menurut amatan mata amatir saya, lensa Canon G1X Mark II lebih tajam daripada Canon G7X. Ukuran sensor yang juga lebih besar membuat “bokeh” juga lebih melintir. Sedangkan warna dan rentang dinamis, mirip-mirip. Khas Canon banget deh (umm, ngerti kan maksudnya, hihi).
Video
Kemampuan merekam Canon G1X mark II mencapai Full HD 1080p, dengan 30 frame per detik. Pilihan lainnya ada HD 720p (1280 x 720), dan VGA (640 x 480) yang sama-sama terbatas di 30p.
Sayangnya hanya ada 3 pilihan itu, tidak ada pilihan 60p (bisa buat gerak lambat), atau 24p yang biasa disebut-sebut sebagai frame rate “cinematic”.
Audio inputnya Stereo, Auto fokusnya belum Dual Pixel tapi tetap halus dan cepat. Lensa-nya punya IS, dan pilihan merekam video bisa ditambahkan dengan Digital IS (walau sedikit memotong gambar).
Hasilnya bisa dilirik di sini ya
Teknik Belakangan
Pangsa pasar kamera saku memang tidak seindah dulu. Tapi, orang-orang yang menjadi targetnya tidak berubah: mereka yang menginginkan kamera kecil dengan performa lebih baik dari smartphone-nya. Biasanya gologan ini tidak terlalu memikirkan teknik fotografi, yang penting kamera itu bisa sesering mungkin digunakan. Mudah dibawa dan tidak merepotkan.
Saya termasuk golongan itu. Foto untuk bercerita. Yang penting momen. Canon G1X Mark II, Si Raja Kamera Saku yang terlupakan, ternyata mampu menjadi teman untuk membuat kenangan-kenangan yang sayang untuk dilupakan.
Spesifikasi singkat (dari dpreview),
- 12.8 megapixel, Sensor 1,5 inchi
- Prosesor Digic 6
- Lensa 24-120mm ekuivalen F2.0-3.9 dengan Stabilisasi Gambar Optis (OIS)
- Kontrol ring ganda
- LCD 3 inchi touchscreen, yang dapat diputar 180o ke atas dan 45o ke bawah
- 5.2 fps continuous shooting
- Maintains same angle-of-view at 4:3 and 3:2
- Wi-Fi & NFC untuk pindah foto langsung ke hp dan sebagai remote.
- Kemampuan rekam 1080/30p, HD 720p, dan VGA
- Tersedia XGA electronic viewfinder
*Harga Canon Powershot G1X Mark II sekarang (Februari 2019), berada dikisaran Rp 4-5 jutaan.
**Gambar yang dihasilkan oleh Canon Powershot G1X Mark II sudah saya sentuh dan perkecil ukurannya
Baiklah, sekian dulu akang-akang sekalian. Masih ada yang punya kamera saku? Boleh dong cerita juga pengalamannya 🙂
salam,
diki septerian