Review Asus Zenfone 3 2018: Awalnya Coba-coba, Akhirnya Jatuh Cinta!

asus zenfone 3 2018

Cerita tentang bagaimana Asus Zenfone 3 memenangkan hati saya.

___

Saya akan terang-terangan dari awal: Asus Zenfone 3 (ZE520KL) punya banyak kekurangan. Yang mungkin fatal bagi sebagian pengguna. Yang mungkin akan membatalkan keputusan pembelian.

Apa itu?

  • Dimensi besar/ lebar untuk ukuran layar kecil, 5.2 inchi (rasio 16:9)
  • Tombol navigasi terasa renggang. Hal ini menyulitkan untuk menekan tombol back atau recent apps. Parahnya, tidak bisa diubah-ubah
  • Selot kartu banci. Dual Sim Dua pilih Tiga. Dengan kapasitas memori hanya 32GB
  • Tidak ada NFC dan InfraRed. Cek saldo uang elektronik jadi sulit. Tidak ada pengganti remote
  • Tidak ada Glance Screen. Yang memudahkan melihat jam ataupun notifikasi tanpa menyentuh apa-apa
  • Baterai hanya 2600mAh

Bagaimana? Kira-kira bisa menerima segala kurangnya itu?

review asus zenfone 3 2018

___

Harga pasaran Asus Zenfone 3 (ZE520KL) Built for Photography kini berkisar Rp 2,3-2,5 juta. Dengan harga segitu ia bersaing dengan Xiaomi Mi A1 (yang memori internalnya 32GB) dan Xiaomi Redmi 5 Plus (Ram 3/32 dan 4/64).

Saya pernah memiliki Xiaomi Mi A1. Dua minggu. Kemudian saya biarkan ia dipinang oleh orang lain. Saya belum pernah mencoba Xiaomi Redmi 5 Plus, walau sempat mendatangai Official Store Xiaomi untuk membelinya langsung di hari peluncuran pertamanya.

Lain cerita dengan Asus Zenfone 3. Setiap hari saya melihatnya. Mencobanya. Tapi belum juga membelinya. Hampir setahun begitu. Beritanya terus saya ikuti. Hingga akhirnya kabar baik itu tiba: Android 8.0 alias Oreo itu hadir.

Pembaruan software dan firmware ke ZenUI 4.5 membuat Asus Zenfone 3 modern lagi. Tidak hanya itu, kini ia lebih bersih dan elegan. Itu adalah kelebihan pertama yang harus diapresiasi untuk handphone yang telah berumur hampir dua tahun lamanya.

asus zenfone 3 gambar

___

Berikutnya?

Audio. Setelah akur dengan Codonguri Shizuku, saya benar-benar menikmati keluaran suara dari Handphone yang bersertifikat Hi-Res ini. Bass lebih dalam, lebih bertekstur, airy, vokal bening dan santai. Setelah menggunakan vivo V3, akhirnya ada juga yang mampu menyamai resolusi suaranya. Bagus mana dibanding Xiaomi Mi A1 atau Motorola Moto G5S Plus? Jelas bagus ini. Dia memang tidak membuat jatuh cinta pada kesan pertama. Saat itu, suaranya lebih kecil, lebih hening dari mereka berdua. Tapi, dengarlah lagi. Dan lagi. Lama-lama jatuh hati juga jadinya.

audio jack asus zenfone 3

Hal baiknya lagi?

Kamera. Mi A1 dan Moto G5S Plus boleh punya dua kamera, tapi yang punya OIS (Optical Image Stabilization) cuma ini. Harga di bawah 3 juta dapat OIS? Saya pilih itu kapanpun.

Bahkan, yang mengejutkan kamera depan yang beresolusi 8MP itu stabil juga bila digunakan buat video. Vlogging dengan ini? Rekomen sekali.

Selain OIS, fitur kamera-nya juga banyak. Para hobiis mesti senang. Raw? Ada. Manual? Parameter lengkap dengan tambahan histogram. Bokeh? Cek.

kamera asus zenfone 3

Sistem fokusnya juga baik. Ada laser-nya. Ada Phase detect-nya. Semua digabung membuat autofokus dari kamera ini mumpuni disegala kondisi cahaya.

Yang tersisa sekarang adalah hasilnya. Sebagus spesifikasinya? Tidak seluruhnya. Saya merasa, keluaran gambarnya cenderung lembut, meski rentang dinamis lumayan dan warna cukup akurat. Meski begitu, secara keseluruhan saya lebih menikmati menggunakan kamera Asus ZenFone 3 ini dibanding pesaingnya tadi.

Terakhir tentang Performa dan Daya Tahan. Hasil Antutu menyentuh angka 70 ribu lebih. Ini adalah hasil tertinggi yang saya terima dari Chipset Snapdragon 625. Rasanya memang begitu, ia lebih gegas dibanding Moto G5S Plus. Dugaan saya karena Software kulikan Asus sendiri.

Setelah upgrade ke Oreo, ada menu tambahan OptiFlex. Sistem itu secara pintar memilih 4 aplikasi yang paling sering kita gunakan, lalu membuatnya lebih responsif dibanding aplikasi lainnya.

Asus ZenFone 3 cuma dibekali baterai 2650mAh. Paling kecil dibanding Mi A1 dan Moto G5S Plus. Namun, pola pemakaian saya tidak juga berubah dibuatnya. Pagi diisi hingga penuh, sore berakhir dikisaran 30-40%, lalu saya isi lagi dan bertahan hingga besok pagi.

Waktu untuk mengisinya juga cepat. Meski tidak dilengkapi QuickCharge 2.0. Pengisian daya selama 30 menit bertambah 30%, 60 menit bertambah sekitar itu juga. Ia mulai melambat ketika menyentuh 90% lebih. Jadi, kira-kira dari kondisi 20% membutuhkan waktu 90 menit untuk mencapai 100%.

Jadi,

Asus Zenfone 3 ZE520KL memang bukan barang baru. Tapi ia berhasil mengurangi hasrat saya untuk membeli handphone baru. Redmi 5 & 5 Plus? Lewat dulu. vivo V9? Pas-lagi-ah. Honor 9 Lite? Hmmm. Mereka semua memang baru dan berkilau (juga panjang, hihi).

Tapi,

Asus Zenfone 3 terlanjur menawan hati saya dengan paduan software kekinian, kamera memukau, audio aduhai dan yang paling penting: harga yang sungguh sangat terjangkau.

isi di dalam kotak asus zenfone 3

___

Galeri Asus Zenfone 3 (ZE520KL)

Hasil Jepretan Gambar Asus Zenfone 3 (Gambar di Resize, bukan resolusi aslinya)

Spesifikasi Asus Zenfone 3 bisa di cek di sini ya Kang. Catatannya, tipe yang saya review ini RAM-nya 4GB, bukan 3GB seperti pada Spek. Selebihnya sama.

___

Sekian dulu dan Salam,

diki septerian

 

 

 

3 thoughts on “Review Asus Zenfone 3 2018: Awalnya Coba-coba, Akhirnya Jatuh Cinta!

  1. Sore Bang Diki,

    Sekitar 2 minggu lalu saya beli asus zenfone 3 ze520kl baru.

    Secara umum pemakainnya memuaskan, tapi keluhannya adalah mengenai baterai yang cepat habis setelah dicharge penuh (kurleb 2 jam pemakaian) dan proses chargingnya kenapa sangat lama dan kadang tidak penuh?

    Mohon saran, masalahnya dimana?

    1. Sore juga Kang,

      Wah bermasalah kayaknya itu. Kalau intens pemakaian, saya dapet 3-4 jam screen on time. Untuk charging juga cepet.

      Untuk troubleshooting, mungkin sementara bisa coba chargeran yang beda.

Tinggalkan Balasan