Ia tidak setuju. Hanya mau motor baru. “Ngapain sih beli motor bekas, kalau sanggup beli yang baru”, istri saya—si Nyonya Ceria—bilang begitu. Masalahnya di sana, motor baru harganya Rp 15 juta-an. Sedangkan motor bekas, saya bisa mendapatkannya mulai dari harga Rp 3 juta-an.
Saya punya motor impian: Suzuki Address Fi. Empat tulisan telah saya buat sejak 2016. Kepincut dari awal rilisnya 2014 dulu. Bahkan, sudah sampai test ride di Suzuki Sunter. Tapi belum juga membawanya pulang ke Depok.
Tahun 2019, impian itu terwujud. Saya mendapatkan Suzuki Address seharga Rp 9,4 juta. Keluaran Desember 2017. Tapi pajaknya Januari 2018. Mulus. Kilometer baru 3200-an.
Saya sumringah. Tapi benarkah? Jangan-jangan PR-nya banyak. Apalagi ini pengalaman pertama.
Karena itu saya mengajak teman. Yang berpengalaman. Motor Suzuki Skywave yang ia gunakan sehari-hari didapat dari tangan ke dua juga.
Setelah janjian, kami berangkat menuju lokasi. Sesampainya di sana, saya kaget. Ternyata penjual adalah pedagang, pemain motor bekas. Ia pasang iklan seperti barang personal. Lokasi juga diperumahan. Dari luar bahkan tidak tampak itu showroom motor dagangan.
Tapi mau bagaimana lagi, sudah terlanjur mendatangi. Ya Bismillah saja.
Si Address Merah nampak di sana. Berdiri manja di antara motor pajangan lainnya. Saya pantau di garasi rumah itu ada 2 Suzuki GSX-R, 2 Honda Vario Baru, 1 Yamaha Mio Soul, 1 Honda Blade, dan teranyar Honda Supra X 125 Fi keluaran bulan Maret 2019.
Saya langsung mendatangi motor matik berwarna merah hitam itu. Kuncinya tergantung. Langsung minta ijin saya hidupkan. Bletak! Suara khas starter elektrik motor yang di ekspor ke berbagai negara itu berbunyi nyaring. Selanjutnya, sepi.
Suara mesin terdengar masih halus. Teman saya sampai jongkok dan mendekatkan telinga ke sumber suara. “Masih halus”, lapornya. Ia menarik gas, membunyikan klakson dan menguji lampu-lampu. Sedangkan saya, memerhatikan bodi. Yang terlihat mulus dan seksi.
Kami lalu meminta kelengkapan surat. BPKB dan STNK. Semua cocok. Hanya saja …
Ternyata pajaknya terlambat 3 bulan! Pajak motor berkapasitas mesin 110cc itu seharusnya diperpanjang Januari kemarin. Saya komplain. Hmm, lebih tepatnya minta turun harga karena itu.
Maka terjadilah proses tawar-menawar. Penjual hanya rela mengurangi harga Rp 150 ribu, sesuai besaran PKB yang tertera di STNK. Saya menolak, karena pertama, belum bayar denda-nya, dan kedua belum biaya balik nama-nya. Dia menyerahkan ke saya urusan balik nama. Atau perpanjangan STNK itu.
Apesnya, KTP pemilik dianggap tidak ada. Jadi jalan satu-satunya adalah balik nama tadi. Atau via Biro Jasa. Seperti yang dia sarankan.
Teman saya menawar Rp 9 Juta. Pas. Dia menolak. Akhirnya sepakat Rp 9,4 juta. Turun Rp 250 ribu dari tawaran pertama. Deal.
Pembayaran lewat transfer. Setelah selesai, saya diberi kwitansi yang ada materainya. Ternyata memang ini menjadi salah satu syarat untuk balik nama. Namun dipikir-pikir, sayang juga balik nama. Artinya saya kehilangan nomor plat motor cantik. Errmm, atau yang saya rasa begitu:
B-4114-NEN.
Mudah sekali mengingatnya. Silakan saja asosiasikan dengan apapun. Kalau saya sih … ah, mbung-ah.
😀
PR
Bodi mulus, fisik prima belum tentu menjadi jaminan tidak ada PR dikemudian hari. Paling terlihat padaban belakangnya. Memang sih belum botak, tapi permukaannya sudah tidak lagi rata. Mungkin karena keseringan campur nitrogen dengan angin biasa?
PR berikutnya ada di kunci dan toolkit. Kunci biasanya dapat serep. Ini hanya tersisa 1. Segera harus dibuat duplikatnya sebelum hilang dan jadi sulit nantinya. Sedangkan kunci-kunci, tiada bersisa sama sekali.
PR yang belum tampak ada di sini: servis pertama.
Sehari setelah Pemilu 2019, motor yang kilometernya baru 3200-an itu saya bawa ke Suzuki Sunter. Dealer langganan saya bersama si EDA dulu. Saya utarakan kisahnya. Orang bengkel menyarankan: Ganti oli mesin, ganti oli gardan, ganti filter oli dan servis CVT.
Saya mengiyakan dan menunggu. Kemudian mekanik datang menghampiri. Ia mengajak saya melihat isi CVT yang sudah dibongkarnya.
Lalu, di sana saya mengerti mengapa motor ini dijual murah sekali … huhuhu.
… bersambung
Ceritanya bersambung ya, Kang …
biar seru kayak sinetron-sinetron gitu. hehehe.
Ada yang pakai Suzuki Address juga?
itu baru 3200 km tp kenapa dalemannya suram gitu ya kang? apa karena pemakai sebelumnya jorok? haha
Nah itu dia kang. Kata mekaniknya, bisa jadi yang pake ibu2, terus lupa kunci rem masih nempel tapi gas jalan terus.
Memang untuk membeli motor ataupun mobil bekas beresiko akan mendapatkan motor atau mobil yang kondisinya tidak baik, karena namanya juga bekas pakai, bahkan terkadang butuh perawatan atau service ekstra, makanya pda akhirnya juga akan membuat bertambahnya ongkos perawatan motornya, tidak dengan motor atau mobil baru. Insya allah saya menjual motor baru merk Viar, Tri , Garuda, Kaisar , dan juga mobil baru merk Wuling, Hino, Tawon, Hyundai, KIA, dan bagi para pembeli yang ingin membeli bisa hubungi email bagibagidonk@hotmail.com dan jangan lupa untuk mencantumkan nomor telepon yang dapat dihubungi dan bukan wa. Terima kasih