Dia menarik. Berhasil membuat saya penasaran. Samsung Galaxy A50 itu. Yang dijual Rp 3,5-4,7 jutaan itu.
Masa’ sih Samsung, Si “Gorila” itu mau berubah. Atau mengalah. Merilis ponsel gahar dengan harga wajar. Jangan-jangan dipakainya cuma tahan sebentar?
Karena itu saya perlu membuktikan. Beruntung saya mendapatkan barang “panas” itu. Sekarang, mari sama-sama kita saksikan: Review Samsung Galaxy A50!
Popcorn mana popcorn …
*
Perlu dicatat sebelum jauh melangkah. Samsung Galaxy A50 yang saya review ini adalah unit ritel. Garansi resmi dari Samsung Indonesia. Versi RAM/memori 6/128 GB.
Hape berwarna putih pelangi itu sudah menemani saya kurang lebih 2 pekan lamanya.
Silakan akang sekalian menuju ke sini untuk lihat isi di dalam kotaknya.
Galeri Foto Unboxing Samsung Galaxy A50
Tulisan kali ini akan fokus kepada pengalaman saya selama menggunakannya. Kelebihan, kekurangan, dan apa saja yang menjadi temuan saya selama ini.
*
Kelebihan
- Bodi ramping, nyaman digenggam. Meski Layarnya 6,39 inci. Lebih nyaman dari Asus Zenfone 5 yang memiliki layar “hanya” 6,2 inci saja.
- Teknologi layar yang melimpah: Super Amoled Full HD+, hampir tak bertepi (infinity-U), hingga pengaturan warna otomatis. Dibanding Asus Zenfone 5, yang masih menggunakan teknologi IPS, layar Samsung Galaxy A50 ini memang lebih baik. Lebih dalam, lebih kontras. Mata saya sampai meleleh dibuatnya!
- Prosesor dengan proses pabrikasi 10nm. Samsung tidak merinci chipset yang memiliki 8 inti itu (banyak yang bilang Exynos 9610). Sepertinya sekelas dengan Qualcomm Snapdragon 660 (pabrikasi 14nm). Namun lebih efisien.
- Tetap mampu menjalankan game berat dengan grafis tertinggi. Saya mencobanya dengan game online One Piece Bounty Rush.
- Baterai luar biasa! Ada 4.000 mAh, dibalik bodi plastik Samsung Galaxy A50. Pengalaman saya baterai itu mampu menemani dari pagi hingga malam hari.
- Waktu pengisian daya yang relatif cepat. Fast Charging, meski daya keluar charger hanya 15 Watt saja.
- Kamera yang “anehnya” menghasilkan warna yang lebih mendekati aslinya dibanding Asus Zenfone 5.
- Semua itu dibalut sempurna oleh Samsung One UI. Saya suka tampilan Android baru Samsung itu. Sederhana, memudahkan operasi satu tangan, namun tetap customable.
- oh iya ini juga penting: Selot kartu ada 3. Asli jantan!
Kekurangan
- Sama sekali tidak seksi! Serius kang, beda rasa dengan Seri A sebelumnya. Samsung Galaxy A50 ini sangat plastik. Dari bodi dan mungkin hingga ke tulang-tulangnya.
- Tidak anti air seperti pendahulunya.
- Pemindai sidik jari yang berada di dalam layar masih saja mengganggu! Meski sudah mengalami 3 kali pembaruan software. Masih belum bisa diandalkan sebagai mana pemindai sidik jari konvensional. Lambat luar biasaaa!
- Tidak ada NFC! Oh Samsung … Seri J yang dulu saja punya!
- Meski dilengkapi dengan GPU yang memadai, sayangnya performa gaming masih kurang nendang. Kadang saya masih merasakan frame drop, gerakan patah-patah, ataupun ngelag. Entah salah di mana. Mungkin karena layarnya belum memiliki refersh rate 90-120 kHz?
- Fitur Pro pada kamera yang terbatas. Tidak bisa mengatur Shutter Speed, kok disebut Pro ya? Aneh.
- Ini juga aneh: Keyboard bawaan tidak ada umpan baliknya! Tidak dapat dibuat getar. Tidak bisa diaktifkan. Untuk yang biasa mengetik dengan getaran sungguh sangat kecewa. Untungnya dengan Keyboard yang lain fitur itu bisa di atur dan bekerja normal.
Temuan dan beberapa catatan lainnya
- Audio dilengkapi dengan Dolby Atmos. Meski hanya bekerja dengan earphone. Keluaran suara lebih ke arah Bass dan warm.
- Semenjak pertama dibuka, sudah 3 kali pembaruan software. Yang terakhir dengan security patch bulan Juni 2019.
- Tetap tidak ada ketuk dua kali untuk memadamkan layar.
*
Dia menarik. Berhasil membuat saya penasaran, namun tidak saya pilih sebagai ponsel harian. Samsung Galaxy A50 lebih cocok digunakan mamah ceria, yang membutuhkan kapasitas memori besar dan tidak membutuhkan NFC.
Pertanyaan berikutnya, mampukah benteng kuat kelas menengah Samsung ini bertahan? Dari gempuran para pejuang Kung Fu yang sedang membara? Sebut saja vivo Sarjana (S1), atau Realme X-nya Oppo?
Silakan akang pantau kelanjutannya.
Anggap saja review Samsung Galaxy A50 ini sebagai pembuka diskusi. Pengamatan saya tentu terbatas, fokus saya juga begitu. Jadi, saya mengundang akang sekalian untuk bertanya sebanyak-banyaknya.
Serius kang, mumpung Samsung Galaxy A50 itu belum masuk ke Etalase Diki Septerian!
*
Hasil foto Samsung Galaxy A50
*
Spesifikasi Samsung Galaxy A50
- Harga Rp 4.599.999 (di situs resmi, per 11 Juli 2019), Rp 3.799.000 untuk Ram 4 memori 64GB.
- Chipset Exynos 9610 (10nm), CPU Octa-core (4×2,3 GHz Cortex-A73 & 4×1,7 GHz Cortex-A53), GPU Mali-G72 MP3
- RAM 6 GB, Memori Internal 128 GB. (tersedia versi 4/64 GB)
- Berat 166 gr, dimensi 158,5 x 74,7 x 7,7 mm
- Layar 6,4 Inchi, Infinity U, 19,5:9 rasio, Super Amoled Full HD, Corning Gorila Glass 3, pemindai sidik jari di dalam layar
- OS Android 9, Pie, dengan tampilan antar muka Samsung ONE
- Kamera belakang : 25MP F1,7 Wide; 8MP F2,2 Ultra Wide; 5MP F2,2 untuk efek Bokeh
- Kamera depan : 25MP F2,0
- Baterai 4.000 mAh, FastCharging 15W (9V 1,67A)
- Audio Dolby Atmos, khusus earphone.
- NFC: NGGAK ADA! (huhuhuhu, menyedihkan bukan)
- IP rating: Nggak ada. Alias nggak anti air seperti generasi A sebelumnya!
- Juga nggak ada IR Blaster!
Halo kang,
Contoh hasil foto Samsung Galaxy A50 di atas sudah mengalami RESIZE ya. Dan ternyata cukup parah juga efeknya: gambar nya jadi hilang detil dan terlihat seperti dilukis pakai cat air.
Malam kang Diki, lama tak sya
Punten kang mau minta bantu dibuatkan resensi hp 4~5 jutaan. Aplikasinya utk kerja, kamera, streaming dan musik…..nuhun
Siap kang,
Saya kok kepikirannya malah Samsung S9 ya. Walau belum pernah coba (S10-nya malah udah, hehe). Soalnya harganya sekarang sudah sekitaran itu, dan untuk kriteria yang akang cari, cocok (buat musik punya DAC tersendiri).