
Godaan datang lagi. Kali ini dari Asus Zenfone 5, yang kini bisa dimiliki dengan uang Rp 2 jutaan. Padahal dulu harga perkenalannya tembus Rp 4,3 juta!
Setahun setelah peluncurannya, Asus Zenfone 5 ternyata masih lebih unggul dibanding para pesaingnya. Setidaknya dalam 5 hal: Display dengan DCI-P3, Stereo Speaker, Hi-Res Audio, Mikrofon Ganda, dan NFC.
Kelima hal itu yang menjadi alasan saya memilihnya. Dibanding saudara dekatnya: Asus Zenfone Max Pro M2. Atau Redmi Note 7, Realme 3 Pro, maupun Samsung Galaxy A50.
Apakah fitur-fitur itu sekadar gimik? Sekadar akal-akalan pemasaran agar dapat menjual dagangannya dengan harga lebih mahal?
Itu yang membuat saya akhirnya membuka kotak Asus Zenfone 5. Bila memang sebatas itu, gimik tadi tidak sesuai harapan. Ya … Zenfone 5 itu akan saya bungkus lagi. Lalu saya pasarkan melalui “etalase diki septerian”.
Sesederhana itu.

Kelebihan pertama: Display Super IPS Full HD dengan DCI-P3 dan Auto Color Temperature

Awalnya, saya juga cuek terhadap ini. Tapi kata-kata Auto Color Temperature dan DCI-P3 menggugah saya. “Seperti pada Iphone terbaru itu?” Entah. Saya juga tidak pernah menyentuh Iphone X, XS atau yang lebih mahal lagi.
Auto Color Temperature berarti warna pada layar handphone akan otomatis mengikuti kondisi cahaya. Seperti Auto Brightness dalam mengatur tingkat gelap terang. Tujuannya tentu agar membuat mata semakin nyaman.
Kenyataannya? Memang berbeda. Kadang, Asus Zenfone 5 cenderung menampilkan wajah “hangat”, oranye atau putih kekuning-kuningan. Kadang lebih “kalem” dengan warna putih yang mendekati biru.

Tapi, perubahan itu seringnya tidak terasa. Seperti tidak ada bedanya.
Lalu bagaimana dengan DCI-P3-nya?
Ini juga yang saya cari-cari maksudnya. Mungkin yang mendekati adalah warna sinema. Cakupan warna lebih luas. Lebih kontras. Jadi saat menonton video lebih hidup rasanya.
Sehari-hari saya menggunakan Asus Zenfone 3. Resolusi layar sama-sama Full HD, jenisnya sama-sama IPS. Namun tetap tidak sebagus layar pada adiknya itu. Mata saya yang awam mampu membedakannya. Dan fitur ini layak untuk dibanggakan.

Kelebihan kedua: Stereo Speaker

Fitur ini saya temukan pada variannya yang lebih mahal: Asus Zenfone 5z. Saya kaget. Ketika menonton YouTube. Loh, kok suaranya terdengar jelas sekali. Padahal tingkat volumenya rendah. Saya amati, kemudian mendekatkan handphone seharga 10 gram logam mulia itu: Wow, ternyata Speakernya Stereo!
Suara tidak hanya keluar dari lubang yang ada di bawah. Suara juga keluar dari sisi atas. Dari tempat menerima telepon. Seperti pada Samsung Galaxy S10.
Fitur itu turun juga pada Asus Zenfone 5 yang harganya lebih terjangkau ini.

Memiliki Speaker ganda, artinya saat menonton ataupun main game lebih menyenangkan. Saya tidak perlu lagi melengkungkan telapak tangan agar suara dari bawah memantul ke depan. Cukup pegang atau letakkan ponsel itu, lalu nikmati suasana.
Apakah keluaran suaranya bagus? Tentu lebih bagus dari pada mereka yang hanya mampu mengeluarkan suara tunggal. Lebih nyaring, lebih luas, meski bass jangan dulu diharapkan.
Kelebihan ketiga: Hi-Res Audio dengan DTS Headphone X
Yang mengikuti blog ini mesti tau, saya agak rewel di sini. Boleh dibilang ini adalah fitur wajib bagi ponsel keseharian saya: ada lubang audio 3.5mm dengan chip khusus.
Asus menyebut NXP 9874 sebagai chip amplifier untuk speaker stereonya. Sedang untuk DAC tidak dijelaskan, hanya melampirkan 192kHz/24-bit Hi-Res Audio saja. Sertifikasi itu mereka tampilkan pada dus bawaan. Dan seharusnya mereka tidak main-main dengannya.
Fitur ini belum saya coba sepenuhnya. Karena earphone andalan saya belum juga pulih. Tapi, untungnya Asus menyertakan earphone model In-ear dalam kardusnya.

Dan ternyata saya kecewa.
Berharap lebih. Namun nyatanya earphone berwaran putih dengan microphone itu lebih layak di sebut Headset, atau Handsfree. Sebatas pengganti tangan saat menelepon.
Mengapa?
Karena keluaran suaranya sama sekali tidak istimewa. Mau dibilang jelek, takut ada yang tersinggung. Vokalnya kering, bass-nya tipis, dan trebelnya tidak sampai. Menyedihkan.
Awalnya saya kira ia mampu mengobati ketidak hadiran Co-Donguri Shizuku, tidak taunya, saya yang sedang halu.

Tapi apakah ia mampu membuat earphone yang lebih baik mengeluarkan segala potensinya? Harusnya begitu. Nanti akan saya update bila telah mencobanya.

Kelebihan ke-empat: Mikrofon Ganda

Coba perhatikan dua lubang kecil di bagian samping dan atas Asus Zenfone 5. Mereka berfungsi sebagai peredam kebisingan. Biasanya, hanya ada 1 lubang. Lalu apa pengaruhnya?
Seperti yang dijanjikan, saat merekam video suara-suara bising mampu diredam dengan baik. Ini yang menarik. Dan sangat berguna sekali buat mereka yang suka nge-vlog tanpa tambahan mikrofon. Atau juga buat mereka yang senang merekam kajian. Atau buat mereka yang sekadar merekam kejadian sehari bersama keluarga.
Bagusnya lagi, Dual Noise Cancelling ini berfungsi juga untuk telepon. AI Call dan AI Ringtone Asus menyebutnya. Fitur ini menyesuaikan kondisi lingkungan. Hening ya pelan, bising ya volume naik. Lagi-lagi asus memperhatikan tingkat kenyamanan pengguna.

Kelebihan kelima, tapi bukan pamungkas: NFC
Posisi NFC Asus Zenfone 5 ada di belakang atas. Dekat kamera. Meski saya jarang menggunakan, tapi NFC bisa menjadi penolong di saat sulit. Apalagi sekarang sudah bisa Top-Up saldo bukan sekadar cek.
Bila akang sekalian tidak menggunakan NFC, setidaknya bisa ikut menolong teman yang membutuhkan. Atau malah bisa jadi ladang bisnis baru. Mau isi saldo? Bisa ke saya! Itu yang teman saya lakukan. Karena memang, fitur NFC ini belum merata ke semua.

Kelebihan lainnya, dan apakah masih layak beli di 2019?
Ada kelebihan lain yang biasanya absen pada HP di rentang harga ini: Kamera dengan OIS. Asus Zenfone 5 memilikinya. Saya belum bisa menyimpulkan apakah (secara umum) kamera 12MP f/1.8 + 8MP f/2.2 (ultra wide) ini juga lebih unggul dari yang lain atau tidak.
Perlu uji lebih lanjut.

Pertanyaan berikutnya adalah, apakah kelebihan-kelebihan tadi membuat Asus Zenfone 5 masih layak beli di 2019 ini?
Belum tentu. Karena tidak semua fitur tadi penting bagi akang sekalian, bukan?
Bagi sebagian, kecepatan yang utama. Atau daya tahan baterai. Atau ukuran yang pas di tangan. Atau 3 Selot kartu. Atau internal memori yang besar. Atau Infra RED. Atau Skin Android murni.
Atau juga … harga yang lebih murah.
Atau jangan-jangan malah, “brand” yang utama?
Salam,
diki septerian