
Di dalam kotak kardus yang saya buka kemarin, ada ponsel. Bukan sembarang ponsel. Harga ponsel itu setara dengan Logam Mulia Emas 10 gram.
Bagi saya, ponsel seharga Rp 6,5 jutaan tetaplah kemahalan. Dengan uang sebanyak itu, saya bisa membeli 10 gram Emas 24 karat, 99,99%. Alasannya jelas. Tiap tahun, harga emas cenderung naik. Sedangkan ponsel? Sepintar apapun, setahun kemudian siap-siap gigit jari.
Namun, saya tidak menolak bila ada yang memberi. Mencoba hp Android yang katanya sekelas Samsung Galaxy S9 itu. Lalu, terjadilah apa yang terjadi: Asus Zenfone 5Z (ZS620KL) datang ke saya.

Saya telah menggunakannya selama kurang lebih 5 hari. Kesimpulan: tidak mau beli. Asus Zenfone 5 (ZE620KL) yang harganya Rp 3 jutaan lebih menarik untuk dilirik.
Karena, saya bukan pemain game berat. Chipset Qualcomm Snapdragon 845 pada Asus Zenfone 5Z rasanya terlalu tinggi. Meski memang nyaman sekali memakainya. Main game dengan tingkat paling tinggi aman-aman saja. One Piece Bounty Rush besutan Bandai Namco terasa semakin mendebarkan.

Tidak ada gejala patah-patah. Mulus memanjakan mata.
Saya tidak tahu apakah game daring 4v4 itu akan mulus juga dimainkan oleh Asus Zenfone 5 yang Chipset-nya sekadar Qualcomm Snapdragon 636. Apalagi RAM-nya juga disunat, dari 6 ke 4 GB saja.

Tidak mau beli bukan berarti jelek loh ya. Ada fitur yang menambat hati: Hi-Res audio. Spesifikasinya mumpuni: Hi-Res 192kHz/24-bit, DTS X Headphone 7.1, dan STEREO Speaker. Walau tidak disebutkan DAC/ Amply nya apa.
Dengan earphone bawaan saja saya bisa menikmati. Audio itu terasa bersih dan luas. Meski vokal yang kadang terasa kering (atau itu memang kekurangan dari earphone-nya saja). Yang terasa menonjol adalah jangkauan Bass-nya. lebih dalam dan berisi. Asus Zenfone 3 yang sehari-hari saya pakai tidak mengeluarkan suara yang serupa.

Dan yang membuat kaget adalah speakernya. Ternyata sama seperti Samsung Galaxy S10 yang Stereo. Suara juga keluar dari lubang atas untuk telepon. Meski, kualitasnya masih di bawah si Raja tadi.
Semua itu perasaan loh ya. Audio itu personal sekali. Telinga dan selera kita berbeda. Baiknya, akang coba dulu. Karena biasanya, ini fitur pamungkas yang hanya dimiliki oleh hp-hp yang harganya mendekati harga sepeda motor saja.
vivo saja sudah melupakan itu! Huhuhu …


fitur DTS Headphone X, walau meski virtual Paling seneng dengan yang WIDE. Serasa denger konser
Semua fokus pada kamera. vivo kini selalu menjual selfi. Oppo dari dulu begitu. Xiaomi sekarang kejar-kejaran dengan besaran mega piksel pada kameranya. Sedang Samsung? Belum tergoyahkan. Hasil kameranya belum berhasil dikalahkan oleh Asus Zenfone 5Z.
Mungkin Huawei P30 Pro yang mampu. Yang sampai sekarang belum pernah saya coba seri P-nya sejak masa Huawei P8 Lite dahulu. Untuk urusan ini, bagusnya dibuat artikel terpisah. Biar lebih mendalam.
Sementara, silakan dinikmati hasil jepretan saya bersama 12 + 8 MP kamera yang dimiliki oleh si Meteor Silver ini.







level 10 level 5 tanpa level, alias 0




Bagi pemilik Asus Zenfone 3 seperti saya, Asus Zenfone 5Z adalah pilihan upgrade sempurna. Segalanya lebih baik. Saya belum menyebut layar Super IPS-nya, yang lebih cerah, lebih berwarna, lebih hidup, dan lebih otomatis dalam beradaptasi.
Atau 3 mikrofon yang biasanya hanya 2 pada handphone lainnya? Yang rekaman video dibuat nyaris sepi dari noise karenanya.
Atau 18W Fast charging-nya? Yang mampu mengisi penuh daya baterai 3300 mAh dari 20% menjadi 70% hanya dalam waktu 30 menit saja.
Atau jaringan 4G-4G-nya? Yang kartu sim bisa aktif sekaligus dua. Atau NFC-nya? yang memang kini semakin diperlukan.

Setahun sudah Asus Zenfone 5Z beredar di pasaran. Harga dan spesifikasi memang masih menggiurkan. Tapi, notch-nya mulai ketinggalan zaman.
Sedang Logam Mulia, tetap berkilau meski tanpa poni.

Spesifikasi lengkap bisa lihat di situs resmi ya