Tahun boleh baru, tapi gawai… tetap lawas. Kali ini saya akan berbagi pengalaman tentang Kamera Mirrorless murah: Canon EOS M10.
*
Bekas
Sebelum jauh-jauh, Canon EOS M10 ini saya beli bekas. Dari distributor resmi langsung: PT. Datascrip. Tidak ada niat sama sekali untuk membelinya, namun, sulit menolak godaan cusi gudang.
Harga Canon EOS M10 cuci gudang itu begitu murahnya. Saya tetap tidak melirik kamera yang rilisnya sekitar tahun 2015 itu. Namun, ketika melihat detilnya: Ada dua lensa!
Ada lensa EF-M 15-45 mm dan EF-M 22 mm f/2 STM di sana!
Incaran saya hanya lensa fix itu. Beli, review, pasang lensa fix mungil itu ke Canon EOS M6, kemudian jual sisanya. Begitu rencananya. Betapa hebat mantra “clearance sale” itu. Sampai-sampai dapat menggerakkan uang yang niatnya untuk pulang kampung!
Huhuhu.
Beruntung, saya mendapatkannya. Dan setelah memakainya sebentar, gawat bisa-bisa berubah rencana!
Desain, Handling, Build Quality
Target Canon EOS M10 adalah fotografer pemula. Karenanya, desainya begitu sederhana: tidak ada tuas mode, tidak ada hotshoe, tidak ada viewfinder, dan tidak ada mic input. Grip depan pun tidak ada, hanya bergantung pada karet di jempol kanan.
Untuk memotret dan merekam sangat bergantung pada LCD 3.0 inci yang dapat disentuh. LCD itu enak dipandang, bening, juga responsif.
Yang mengejutkan adalah build quality-nya: made in Japan.
Canon EOS M200 yang merupakan penerusnya—cucunya—saja dibuat di Taiwan. Sedangkan kamera dengan sensor klasik APS-C 18 MP ini lebih superior. Ehm, paling enggak itu yang saya rasakan.
Untuk handling dan kontrol rasanya tetap serupa. Dia enak untuk dibawa-bawa, bahkan muat di kantong. Hanya ada 1 tuas utama untuk mengatur segalanya. Bila ingin berganti mode (P, Av, Tv, M) dilakukan via layar.
Kamera ini memang tidak cocok untuk pakai mode Manual. Namun, menggunakan mode favorit saya, Av (atau A di kamera lain), sangat cukup. Cukup atur ISO ke mode auto, lalu mulai memotret.
Auto Focus
Canon EOS M10 menggunakan teknologi Hybrid CMOS AF II untuk auto focus-nya. Belum secepat Hybrid CMOS AF III apalagi Dual Pixel CMOS AF. Belum juga ada Eye Focus seperti Canon EOS M50 II/ EOS M6 II. Jadi, jangan berharap memakai kamera ini untuk kegiatan olahraga. Auto Focus-nya tidak dirancang untuk itu. Bahkan untuk memotret bocah yang tidak bisa diam saja, masih hit and miss.
Namun, untuk portrait, pemandangan, travelling, dan street photography, masih dapat diandalkan.
Hanya ada 2 mode auto focus: One-Shot dan Servo. Titik fokus juga hanya dua yang dapat di atur: Face detect dan 1-Point. Gunakan Face Detect + Servo untuk tracking objek bergerak, single point untuk objek diam.
Fitur Video
Canon EOS M10 dapat digunakan untuk merekam video. Tenang saja. Fitur video itu cukup untuk kebutuhan orang kebanyakan: ada Full HD 24p, 25p, 30p, dan 60p. Fitur terkahir hanya dapat digunakan dengan resolusi HD.
Masalah? Nggak juga, untuk b-roll slow motion sudah cukup. Dan lebih mudah pada proses editing nantinya.
Yang terpenting adalah, dapat merekam secara manual. Semua parameter dapat diatur. Hingga ke bagian audionya. Hal ini sangat membantu untuk mendapatkan hasil dalam kondisi yang berbeda.
Ingat, tidak ada mic input. Jadi, kalau ingin suara lebih bagus, pilihannya adalah menggunakan alat perekam terpisah, lalu lakukan proses sync saat editing.
Hasil Foto
Dibalik bodi cap, ada sensor 18 MP klasik yang telah digunakan Canon untuk berbagai kamera DSLR-nya. Salah satunya Canon EOS 60D yang pernah menjadi kamera andalan saya.
Sensor itu memang tertinggal secara dynamic range dan resolusi, namun urusan hasil foto tunggu dulu.
Ada nuansa Canon di sana. Ehm.
Warnanya teduh dan adem. Enak dipandang. Tentu hasil foto tetap tergantung pada banyak hal (lensa, cahaya, momen, komposisi, dan yang paling penting kemampuan si fotografer).
Buat saya sih, yang sama sekali tidak ada profesional-profesionalnya, sudah sangat cukup. Hasil RAW masih memberikan saya ruang untuk menarik-ulur exposure, highlights, dan shadow.
Berikut beberapa hasil jepretan dari Canon EOS M10 + Lensa EF-M 22 f/2 STM. Semua sudah mengalami proses editing via Adobe Lightroom dan resize (dari RAW 20 MP ke 300 KB-an saja). Harap maklum, storage blog terbatas, huhu.
Jadi
Canon EOS M10 dapat menjadi teman perjalanan yang baik. Apalagi bila dipasangkan degan lensa EF-M 22mm f/22 STM. Mereka berdua kecil, ringan dan potensial menghasilkan karya foto yang luar biasa. Hanya langit eh dompet batasannya.
Pantauan saya, harga Canon EOS M10 sekarang sekitar Rp3 jutaan. Termasuk lensa kit EF-M 15-45 mm.
Juga baterai. Menggunakan kamera mirrorless, tidak pede kalau hanya membawa 1 baterai. Apalagi LP-E12 ini hanya sanggup bertahan sekitar 200 foto saja. Apalagi kalau sering merekam video. Kurang dari itu.
Untuk yang menginkan kamera ini, silakan cek etalase diki septerian di tokopedia, ya. Seperti niat awal, saya akan menyimpan lensa EF-M 22 mm f/22 STM dan menjual sisanya.
***
Spesifikasi Canon EOS M10
Btw kang maaf nyimpang dari pembahasan blognya. ini masih mengenai salah satu artikel akang yang dulu tentang update laptop asus K401LB. kan waktu di artikel kang diki sebelumnya di ganti HDD nya jadi SSD. kalau saya gk ganti HDDnya cuman tambah SSD doang ngepek ga ya kang?
terus shotcut buat SSD Akus K410LB itu maksimal SSDnya ukuran brapa ya?
Harusnya tetap pengaruh, kang. Dan di situ juga kelebihan si K401LB bisa dual drive. Cuma, ukuran slot SSD nya itu lho yang nggak umum: half mSATA. mSATA aja udah jarang (dan biasanya lebih mahal). Jadi, waktu itu saya pasang yang standar.