Ini bulan ke-8, sejak saya membeli Lenovo ThinkPad X1 Extreme. Sungguh keputusan yang nekat. Rp8 juta untuk sebuah laptop bekas?
Saya pasti sudah hilang akal.
X1 Carbon yang lebih bertenaga dan lega
Lenovo ThinkPad X1 Extreme adalah X1 Carbon dengan GPU diskret dan kipas ganda. Layarnya 15,6 inci. Tebalnya 1,8 cm, beratnya 1,7 kg. Dia tetap tipis dan menawan. Logo abu-abu merah X1, Lenovo, X1 Extreme, dan ThinkPad serupa dengan X1 Carbon generasi ke-6: Nuansa hitam elegan.
Materialnya juga menggunakan karbon dan magnesium. Semua terasa padat, mewah dan kokoh. Sudah MIl-STD 810G tentu, tidak perlu dipertanyakan lagi.
X1 Extreme yang saya beli ini generasi pertama, yang menggunakan Intel seri-H generasi ke-8. Saya mendapatkan CPU Intel i7-8750H yang memiliki 6 inti 12 untaian dengan kecepatan 2.2-4.1 GHz. Ada varian yang masih menggunakan i5-8300H/ 8400H (hanya 4 core 8 untaian) dan tidak ada varian tertinggi i9 seperti pada Lenovo ThinkPad P52 yang rilis pada tahun yang sama.
Sedangkan GPU-nya serupa. Semua menggunakan Intel UHD Graphics 630 (bawaan Intel) dan NVIDIA GeForce RTX 1050 Ti Max-Q (RAM 4 GB GDDR5).
Tidak seperti X1 Carbon dengan RAM soldernya. Lenovo ThinkPad X1 Extreme punya 2 slot RAM DDR4 2666 MHz yang dapat akang maksimalkan hingga 64 GB. Begitu juga dengan ruang penyimpanan, ada 2 slot PCIe NVMe gen 3 (4 lajur) yang dapat akang pasang dan atur untuk RAID 0 ataupun 1.
Baterai juga ikut “membengkak” dari 57 Wh, menjadi 80 Wh. Sebuah keharusan, yang menjadi keinginan kita semua.
Input Surga: Keyboard Lenovo ThinkPad X1 Extreme
Alasan utama ThinkPad X1 Extreme ini masih saya gunakan hingga sekarang adalah keyboard-nya. Jarang sekali saya mendapatkan kombinasi trakpoint dan keyboard enak sekaligus seperti ini. Keyboard ThinkPad P50 itu juara, tapi trackpoint-nya? Terlalu lincah.
Sedangkan ini pas. Sempurna. SURGA. Inilah alasan utama saya menjual kembali ThinkPad P52 yang baru saya pakai sebulan-an itu. Dia empuk, jarak sentuh dalam, taktil, nyaman. Trackpoint—pentil merah di tengah-tengah keyboard—itu juga berfungsi dengan sangat baik.
Trackpad, atau touchpad, yang menggunakan material kaca ini, akan terasa kecil bagi sebagian kita. Buat saya tidak masalah, karena saya jarang sekali menggunakannya. Dan memang touchpad itu terasa mahal juga. Dia lembut, presisi, klik kanan kirinya terasa padat dan senyap.
Mengapa sulit sekali Lenovo membuat semua ThinkPad modern begini adanya?
Display Potensial
Lenovo ThinkPad X1 Extreme menggunakan layar berukuran 15,6 inci. Variannya ada 3. Full HD, HDR UHD (4K), dan UHD Touchscreen. Layar pada unit yang saya review ini sebatas Full HD saja.
Buat saya, sementara cukup. Tipenya tetap anti-glare yang saya suka. Rasio kontras-nya 700:1, teknologinya IPS, tingkat kecerahan 300 nits, dengan cakupan warna 72% Adobe RGB.
Layar ini cukup untuk penggunaan di dalam ruangan. Kalau outdoor, kurang terang rasanya. Untuk warna juga tidak ada masalah, tidak terasa pucatnya, buat mata saya, pas. Hanya memang, tidak ada hardware kalibrasi mandiri seperti pada ThinkPad P50.
Pengalaman terbaik tentu dengan layar 3840×2160 4K, yang semua spesifikasinya juga ikut meningkat, rasio kontras 1200:1, 100% Adobe RGB, dan kecerahan 400 nits.
Namun, mungkin akan berpengaruh nanti ke daya tahan baterai. Dan yang pasti, harga yang lebih tinggi.
Tidak Bingung Koneksi
Lenovo ThinkPad X1 Extreme memiliki 4 porta USB. 2 USB-C Thunderbolt 3, dan 2 USB-A 3.1 gen 1. Posisinya juga mudah kita ingat, USB-C sebelah kiri (tangan kiri), USB-A kanan. Tidak membuat bingung.
Porta lain yang tidak ketinggalan adalah HDMI 2.0, Audio Combo 3.5mm, LAN Ethernet Extender, dan SD Card Reader.
Tidak ada slot SIMCARD, yang rasanya aneh untuk laptop bisnis kelas super premium seperti ini.
Namun, dengan semua slot yang ada, saya jadi tidak bingung lagi saat harus memindahkan data dari SD Card kamera, atau saat menggunakan Mouse dan HDD/ SSD Eksternal. Semua ada, semua tersedia.
Performa Membara
CPU 6 Inti, GPU Diskret, TDP 45 W, bodi tipis. Hasilnya: Panas! Menyala abangku!
Intel Coffee Lake seri-H adalah upgrade yang saya tunggu-tunggu dari Skylake-H yang ThinkPad P50 (Intel Core i7-6820HQ) gunakan. Saya lewati Kabylake-H series (Intel Core i7-7820HQ) karena masih menggunakan 4 core seperti Skylake.
Peningkatan performanya memang terasa. Saya dapat mengedit video 60p dengan tenang. Juga main game Valorant dan Genshin Impact dengan setting HIGH berjalan mulus di atas 60 FPS.
Performa grafis tentu dibantu dengan NVIDIA GeForce GTX 1050 Ti Max-Q. GPU itu lebih cocok dan cepat untuk aplikasi “main” daripada Quadro yang ada pada seri-P.
Catatannya itu tadi, laptop akan cenderung panas, pantauan suhu mencapai 90oC lebih. Dan untuk mengeluarkan kemampuannya itu harus colok daya. Itu menjadi catatan berikutnya. Tanpa colok daya (hanya baterai), performa akan turun.
Saya belum mencoba mengganti thermal pasta pada laptop yang umurnya sudah 5 tahun ini. Mungkin dengan menggantinya, suhu akan menjadi lebih dingin, dan performa akan meningkat. Saya merasa belum perlu saja.
Tapi, nanti kita lihat, siapa tau saya berubah pikiran.
Upgrade Lenovo ThinkPad X1 Extreme
Tidak ada drama untuk membuka penutup bawah dari Laptop “gaming” yang menyamar menjadi laptop kerja ini. Cukup mengendurkan 7 baut, lalu buka.
Ada 2 bagian yang dapat kita upgrade: RAM dan SSD.
RAM menggunakan 2x Sodimm DDR4 2666 MHz, maksimal 64 GB (mungkin lebih?). SSD menggunakan 2x M.2 NVMe PCIe gen 3. Yang rasa-rasanya masih menerima hingga 4TB.
CPU dan GPU sudah tidak dapat kita upgrade. Sebatas copot pasang heatsink dan kipas saja.
Satu lagi yang tidak ada: slot WWAN CARD. Sama sekali tidak ada, bukan hanya antenanya. Tapi semua tidak ada. Seingat saya, inilah ThinkPad pertama saya yang tidak memiliki slot itu. Sehingga, tidak ada lagi pilihan untuk internetan dengan SIMCARD, hanya menggunakan Wi-Fi seperti laptop pada umumnya.
Daya Tahan Lenovo ThinkPad X1 Extreme
Saya beruntung, mendapatkan baterai dengan wear level yang rendah sekali. Baterainya masih ada 77 Wh dari total kapasitas 80 Wh. Artinya kondisi masih 96%, bagus banget. Walaupun secara kesuluruhan baterai itu masih kalah dengan 90 Wh yang dimiliki ThinkPad P50-P52 (yang juga mudah copot-pasang).
Dengan kondisi seperti itu, Lenovo ThinkPad X1 Extreme mampu menemani saya kerja (jelajah web, Microsoft 365, streaming, dll) kurang lebih 4-6 jam lamanya. Mode balanced, kecerahan layar 40-60%.
Yang saya suka adalah waktu pengisian daya-nya yang relatif cepat. Dalam waktu kurang dari 1 jam saja sudah dapat terpenuhi 80% dari kondisi 20%.
Led indikator baterai akan berubah warna dari oranye menjadi putih apabila baterai telah terisi 90%. Sesuai dengan kebiasaan saya, yang jarang mengisi daya hingga 100%.
Seperti biasa, akang juga dapat mengatur perilaku pengisian daya melalui Battery Treshold via Lenovo Vantage. Bila sudah diatur, memungkinkan kita terus menerus mencolokkan daya tanpa mengisi baterai.
Every Penny of It
Pada akhirnya, dia yang bertahan. Bukan ThinkPad P52. Dengan uang Rp8 juta, saya sudah dapat membeli Acer Swift Go yang secara performa juga tidak kalah kencang. Baru. Garansi panjang.
Atau tambah sedikit sudah bisa membeli Laptop Gaming murah keluaran dari Asus.
Namun, urusan rasa memang beda. Ini yang sulit. Mungkin saya memang benar hilang akal. Buat saya Lenovo ThinkPad X1 Extreme bekas masih sangat berharga kini dan nanti: Every penny of it.
Assalamualaikum kang.
laptop yang cukup untuk software tester kira2 yang spesifikasinya seperti apa ya? ada rekomendasi kang?
Terima kasih
Wa’alaikumsalam kang Arief,
Software tester itu contohnya kang?
untuk menjalankan selenium, intellij dan juga pemrograman javascript dengan visual studio code kang,
oiya, usernya masih pemula kang
Bisa coba Lenovo ThinkPad P14s atau ThinkPad T14 AMD gen 1, kang. Kalau memang dana sangat terbatas, coba ThinkPad T480.
https://youtu.be/hDUOAl18tEU
terima kasih kang
oiya selama ini saya pakai thinkpad x240 kang,
Tadinya saya sudah memantapkan hati untuk beli laptop ini karena lihat review akan beberapa bulan lalu. Pas lagi nabung separo jalan, tiba-tiba di Tokopedia ada yang jual Lenovo Legion 5 dengan Ryzen 4800H dan GTX 1650 Ti yang harganya cuma 4 jutaan dengan kondisi tidak mau booting ke Windows. Saya langsung khilaf beli dan setelah sampai ternyata problemnya hanya butuh update BIOS. Jadi lah saya dapat laptop gaming setengah harga pasaran dengan fungsi normal.
Tapi setelah pakai 3-4 bulanan, saya merasa laptop ini agak berat untuk dibawa sehari-hari. Saya sedang berpikir mau beli Thinkpad lagi untuk dibawa. Opsi saya antara Thinkpad X280 yang sekarang sudah tembus 2 jutaan, A285 (X280 dengan processor AMD), atau sekalian gas ke Thinkpad X13 gen 1 yang harganya sudah mulai 3 jutaan. Biar si Legion jadi desktop replacement saya di rumah hahaha.
Kira-kira menurut akang lebih mantap mana? Kebutuhan saya sih hanya untuk produktivitas via web app seperti Google Docs/Office 365/Canva dan sedikit editing foto dengan Photoshop serta sesekali edit video via Premiere/Capcut. Atau ada rekomen lain di rentang harga 2-3 jutaan?
Kang Ardi,
Untungnya khilaf yang membawa berkah. Hehe. Hmm, saya enggak pernah suka ThinkPad X280 sih, kalau dapat ThinkPad X13 sekalian ke sana saja. Tapi, Dell Latitude 7390/ 7300 juga bisa jadi alternatif selain X280 itu.