Dia bukan untuk saya, Mobile Workstation itu.
Saya bukan engineer, bukan arsitek, bukan surveyor, bukan kontraktor, bukan ilmuwan, bukan orang media, bukan orang finance, bukan data analis, dan bukan orang yang mengurusi kecerdasan buatan. Saya cuman orang kantoran biasa yang sering tergoda dengan sesuatu yang gemuk, padat berisi, seksi: Lenovo ThinkPad P50.
Sebagai Pengganti Desktop
Sampai tulisan ini ditulis, ada 2 laptop utama yang menemani saya: Dell Latitude 7490 dan Lenovo ThinkPad T470s. Keduanya sangat cukup untuk kebutuhan harian dan akhir pekan saya. Masalahnya, dari dulu saya kepingin punya Desktop. PC yang lebih bertenaga untuk menangani urusan editing video. Layar yang besar dan bening. Uuugh, tapi nyali belum berani. Beberapa sudah masuk daftar whistlist, utamanya memang seri Optiplex dari Dell.
Oh, saya memang orang yang simpel. Tidak suka ribet. Jadi PC Tower dengan RGB warna-warni tidak pernah terlintas dalam benak. Saya butuh sesuatu yang tidak besar-besar amat, bisa diandalkan, dan murah. Tidak lebih dari Rp8 juta untuk semua (termasuk kartu grafis, monitor, kibor mekanik, dan tetikus).
Kere kan, banget. Hehe. Karena itu, ketika mendapatkan tawaran laptop kerja berat macam Lenovo ThinkPad P50, sulit sekali menolaknya.
Jadi skenarionya begini: di rumah menggunakan P50, di luar menenteng T470s. Dell 7490 pasang di etalase. Pas. Keren. Bungkus.
Magnet Lenovo ThinkPad P50
Buat saya, daya tarik Lenovo ThinkPad P50 ada pada harganya. Untuk sekarang dapat dibeli dengan “hanya” Rp7-10 jutaan saja.
Jadi ingat laptop termahal yang pernah saya beli: Asus K401L. Rp8 juta lebih. Lalu tidak bertahan lama. Fisiknya renta. Lenovo ThinkPad P50 jelas lebih mahal dari itu, dulu.
Memangnya pantas membeli laptop bekas hingga 8, 9, 10 juta?
Kenyataannya begitu. Jangan dulu bicara spesifikasi. Ingat-ingat dulu tahun rilis laptop itu? 4, 5, 6 tahun yang lalu? Kalau masih dapat dijual dengan harga “mahal” tadi, artinya laptop itu memang something, masih worth it walau laptop baru terus datang menggoda.
Dan “rasa”nya memang begitu. Akang akan mengerti ketika memegang Lenovo ThinkPad P50: laptop yang dirancang untuk siap menghadapi segala kondisi medan.
Barulah kita berbicara spesifikasi. Seri P artinya (mungkin) POWER atau PERFORMANCE, karena itu pilihan CPU-nya bukan seri U yang hemat daya. Dan prosesor tadi selalu ditemani dengan prosesor grafis diskret. Biasanya NVDIA Quadro, versi “mahal” dari NVIDIA GeForce. Versi para ahli yang bukan cuma butuh kecepatan, tapi juga stabilitas dan kehandalan.
Edit Enteng, 3D Lancar?
Lenovo ThinkPad P50 sudah saya coba untuk melakukan editing video sederhana. 12 menit, Full HD 24p dari kamera Canon yang punya sensor 24 MP. Lancar-lancar saja, dan terasa ringan. Memang tetap butuh waktu saat penambahan efek, tapi jedanya tidak begitu lama.
Dan untuk rendering, butuh waktu kira-kira 13 menit untuk video itu. Peningkatan yang luar biasa dari laptop-laptop yang biasa saya gunakan. Belum faktor layar yang memang lebih lebar dan besar, membuat semakin nyaman dalam proses editing tadi.
Bagusnya lagi, ThinkPad P50 ini benar-benar kalem dan adem. Terdengar sih kipas yang ada dua itu berputar lebih kencang, tapi tidak bising. Panas juga terjaga tidak sampai 90oC. Pantauan saya kecepatan CPU terjaga di kisaran 3,2 GHz.
Aman sentosa, kang!
Lalu bagaimana untuk aplikasi 3D?
Karena saya tidak punya kompetensi, saya minta tolong ke salah satu teman yang ahli, Mas Aan. Lulusan UGM. Dia biasa mengerjakan hasil scan 3 dimensi dari 3D Laser Scanner. Dia coba memasukkan 9 file (satu file ukuran 600 MB-an) untuk proses registrasi di software Faro Scene.
Butuh waktu 20 menit-an, dan memang belum sempat sampai proses edting dan rendering betul-betul. Dia bilang, “tambah ram jadi 32 GB udah enak ini.”
Display Istimewa, tapi…
Lenovo membekali ThinkPad P50 dengan 2 varian display (3 lebih tepatnya). Varian IPS Full HD dan IPS 4K. Unit yang saya reviu bukan tipe “mewah” 4K 3840×2160 dengan 100% gamut itu, hanya sebatas Full HD dengan cakupan warna 45% gamut saja.
Rasanya kurang memang, maunya layar 4K itu. Tapi, dengan layar ini saja rasanya cukup. Ditambah lagi, saya sudah melakukan kalibrasi via hardware dan software Pantone Color Calibrator. Melakukan kalibrasi atau profiling tadi ternyata tidak rumit, cukup jalankan software lalu ikuti langkah-langkahnya. Yang langkah itu begitu sederhana: cukup tutup layar, lalu tunggu, sambil melihat LED indikator berkedap-kedip. Setelah 3 menit, beres.
Sayangnya, mungkin karena umur, LCD pada ThinkPad P50 ini terlihat shifting warna. Mata saya melihatnya begitu. Di sisi kiri lebih putih dibandingkan di pojok kanan bawah.

Ingat juga ya kang, layarnya masih tipe 16:9 dengan bezel yang tebal untuk ukuran laptop sekarang. Saya benar-benar berharap, semoga nantinya dapat ikut menikmati ThinkPad P-series dengan profil yang lebih ramping (tanpa mengurangi fungsi tentunya).
Oh kekurangan tadi sebenarnya dapat tertutup kalau kita menyambungkan ThinkPad P50 dengan external monitor. Yang dari spek, mampu mendukung hingga 4 layar sekaligus dengan resolusi 4K @60Hz!
Serba Mudah
Lenovo ThinkPad P50 adalah satu dari sedikit laptop yang masih mementingkan kemudahan upgrade dan perbaikannya. Baterai masih dapat dicopot-pasang dengan mudah. Keyboard juga menggunakan mekanisme buka dan geser seperti ThinkPad-ThinkPad dulu kala. Baterai CMOS dapat kita akses setelah membuka cover belakang.

Upgrade RAM juga begitu. Walaupun berbeda posisi, tetap saja mudah mengaksesnya. Tambah SSD? Silahkan, mau 3 slot diisi SSD semua juga oke. Lalu setting RAID 0 atau 1. Canggih.
Yang tidak bisa memang upgrade CPU. Intel Skylake-H bukan seperti Haswell-MQ yang masih sistem soket. Kalau memang ingin lebih cepat dan stabil, ada pilihan Intel Xeon, E3-1505M v5/ E3-1535M v5 kang! Kemudian pasang RAM ECC, beuh.
Jadi deh kita kerja di Pertamina, Haha.
Keyboard Surga Dunia
Oke, mungkin saya berlebihan. Namun rasakanlah kenikmatannya kang! Keuntungan bodi tebal adalah ini: jarak ketik (key travel) ikutan lebih dalam dari semua ThinkPad modern yang saya coba. Trackpoint, si pentil merah di antara huruf G, H, dan B itu juga tidak kurus, masih sangat enak untuk digunakan (hanya terasa sekali bekas pakainya). Tiga Tombol trackpoint di bawahnya juga kliknya sangat lembut. Nikmat tiada tara. Haha..
Hanya memang, karena layout yang berbeda, saya tetap perlu adaptasi. Biasanya tombol Enter dan kawan-kawan ada di paling ujung, sekarang tidak karena ada Numpad. Selebihnya keyboard Lenovo ThinkPad P50 adalah kibor (membran) modern terbaik yang pernah saya coba.
Untuk Touchpad atau trackpad saya terbelah. Spesifikasi menyebutkan touchpad dari kristal bukan plastik. Cuman, mungkin karena sudah dipakai stiker, dia presisi hanya saja kadang terasa lambat.

Porta Dua Dunia
Kelebihan lain dari laptop tipe mobile workstation adalah porta-nya (port koneksi) banyak. Port jaman dulu, ExpressCard ada. Port kekinian, Thunderbolt 3 (USB-C) ada. Port USB-A 3.0 melimpah, total ada 4. SD, SDHC, SDXC, MMC reader, ada.

LAN RJ-45, ada dengan LED indikatornya yang terang. HDMI dan Mini DisplayPort juga ada. Hanya port VGA RS232 yang tidak kelihatan, sayang. Karena beberapa alat lapangan masih ada yang bergantung pada port jadul itu untuk operasionalnya.

Selebihnya, tidak ada yang dapat mengalahkannya! Oh, konektor docking legendaris juga masih ada kang, tenang.

Baterai Tidak ada Habisnya
Oke saya berlebihan, lagi. Lenovo ThinkPad P50 menggunakan baterai yang masih dapat dilepas-pasang. Lagi-lagi, sesuatu yang langka untuk laptop-laptop sekarang, bahkan versi lebih modern dari ThinkPad P50 ini (ThinkPad P15).
Baterai itu hadir dalam 2 konfigurasi, 4 sell (60 Wh) dan 6 sell (90 Wh). Baterai ThinkPad P50 yang saya gunakan ini menggunakan konfigurasi terakhir. Kapasitasnya “tinggal” 80 Wh. Sisa yang bahkan lebih besar daripada laptop kebanyakan. Dengan kondisi seperti itu, kerja seharian enteng saja. Bahkan sebelum pulang kerja, indikator baterai masih menunjukkan 40% (dari sekitar 80-90%).
Betul kalau diajak editing pasti akan lebih boros, tapi gambarannya kira-kira begitu kang. Sedangkan untuk pengisian daya, saya belum begitu memperhatikan. Sayangnya (atau sebenarnya “untungnya”) saya mendapatkan charger 135 W, bukan 170 W. Lebih dan kurang sih kang, dengan charger 170 W pasti lebih cepat dan lebih powerfull, hanya saja jadi lebih makan tempat.
Software dan Firmware Update
Windows 10 Pro menjadi OS pilihan utama saya untuk Lenovo ThinkPad P50. Lisensi-nya otomatis aktif setelah kita install ulang (asal terhubung internet). Tidak perlu menggunakan “jamu” untuk mengaktifkannya. Original, aman.
Walaupun, info dari PC Health, tidak bisa naik ke Windows 11. Tidak terlalu bermasalah juga sih buat saya, karena Windows 10 masih mendapatkan dukungan dari Microsoft hingga tahun Oktober 2025 nanti.
Lenovo juga tidak melupakan update driver dan firmware untuk ThinkPad P50 ini. Beberapa driver penting bahkan baru rilis tahun 2022. Benar-benar membuat pengguna “baru” seperti saya tenang.
Harga Mana Tahan
Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang coba saya bagikan tadi, Lenovo ThinkPap P50, benar-benar menggoda sekali untuk dimiliki. Apalagi, harga kini sudah jauh lebih murah dari saat rilisan pertamanya.
Mengeluarkan uang Rp8 juta untuk laptop yang dapat digunakan layaknya Desktop? Yes, please.
Secara harga, memang betul, kita dapat memiliki laptop baru dengan prosesor generasi terbaru juga. Tapi yang seperti apa? Mungkin laptop kejar performa bodi renta seperti Asus K401L saya dulu?
Namun sekali lagi, laptop besar dan tebal jarang memesona anak jaman sekarang. Jadi, ThinkPad P50 tetap bukan untuk semua orang. Ditambah lagi status “janda”-nya yang membuat ragu untuk meminangnya. Lagi-lagi, tidak semua orang dapat mengatasi “kerepotan-kerepotan” yang akan dihadirkan oleh laptop bekas.
Akhirnya
Saya kembalikan ke akang sekalian untuk urusan beli atau tidaknya. Sampai saya menulis ini, Game Genshin Impact belum juga selesai saya unduh. Gagal dari semalam. Mudah-mudahan berhasil, dan nanti akan saya kabari pengalaman saya memainkan game dengan unduhan 40 GB lebih itu.
Walaupun saya yakin, saya harus banyak belajar dulu untuk memainkannya… maafkan, saya belum pernah main itu kang!
Baiklah, saya pamit. Adakah juga di sini yang mudah tergoda dengan yang gemuk, padat, berisi, seksi seperti Lenovo ThinkPad P50 ini?
Sekilas Spesifikasi Lenovo ThinkPad P50 unit reviu diki septerian
Tipe: Mobile Workstation
Keluaran: 2015-2017
Tipe Mesin: 20EQ
Layar: 15,6 inci IPS Full HD (1920×1080), Anti-glare, Pantone X-Rite Color Calibrator, 250 nits, 600:1 contrast ratio, 45% Gamut, 16:9 aspect ratio, 160o sudut pandang,
CPU: Intel Core i7-6820HQ Vpro (4C/ 8T; 2,7-3,6 GHz; 8MB Cache; 45W TDP)
GPU Onboard: Intel HD530
GPU Diskret: NVDIA Quadro M2000M 4GB GDDR5
RAM: 4 slot, sudah terisi 1x 16 GB DDR4-2400 (1200 MHz)
Penyimpanan: 1x SATA 2,5 inci (sudah terisi 512 GB), 2x M.2 PCIe NVMe
Porta: 1x ExpressCard; 1x 4-in-1 reader (MMC, SD, SDHC, SDXC); 4x USB 3.0 (1 Always On); USB Type-C Thunderbolt 3, Mini DisplayPort, HDMI, Ethernet (RJ-45), Dock Connector
Baterai: 6 sel 90 Wh (ada yang 4 sel 66 Wh)
AC Adapter: 170 W Slim tip (saya dapatnya 135 W)
Berat: 2,6 kg tanpa charger
Dimensi: (PxLxT) 37,74 x 25,23 x 29,4 cm
Material: Fiber-glass dan Aluminium/ Magnesium
MIL-STD810G: Pastinya, Kang!
Mantaff mas prend diki..
Compatinle untuk windows 11 gak?
Secara resmi, nggak, Om.
Tapi masihh worth it ga kang buat 5 tahun kedepan? Buat anak kuliah teknik
Kang, dengan budget 8 juta bukannya lebih worth Ryzen 5500u barang baru ya?
Aah, iya kalau kita cuman lihat dari segi CPU. Tapi kalau segi rasa (build quality), bentuk dan fungsi, keyboard, port, kemampuan upgrade, dan kemudahan service… tunggu dulu.
Untuk p50 harga 8 jt menang banyak sih, saya share opini ya, saya jg dulu maniak eks kantor dan sampe sekarang masih pake x260. Cuman laptop baru gak bisa bohong spec dll nya lebih bagus. Untuk build quality, keyboard, TouchPad, sebenarnya tinggal di akalin pake wireless nya Logitech udah setara thinkpad sebenernya. At the end 8 jt thinkpad dengan 8 jt laptop baru plus peripheral lebih worth laptop baru jadinya kang. Hehe just share opinion ya, tapi kalo budget under 4 jt baru gada pilihan kecuali Laptop bekas
Siip, terima kasih loh, sharing-sharing-nya.
Kang, punten izin bertanya. Kira-kira dengan budget 10 jutaan, apakah lebih worth it Lenovo Thinkpad P50 atau Lenovo Thinkpad P52? Apalagi keduanya juga sama-sama menggunakan Intel Xeon. Nuhun kang?
Kalau 10 juta, langsung ke ThinkPad P52 aja, Kang Arrijal.
Nanti saya pinjem buat review, ya. Hehe.
Nuhun kang pencerahannya ?
Kang saya rencana mau ambil thinkpad p50 buat kebutuhan kuliah yang intel xeon 1535M di harga 5.1 juta, dengan minus lcd whitespot sedikit(samar). Apakah masih worth it ya untuk diambil? Beberapa hari sebelumnya sudah ada yang beli dan review nya bagus, rating toko saya cek juga lumayan bagus. Sarannya kang, Terimakasih.
Masih, Kang Nandi.
Kalau bisa, cek fisik lebih baik. Sama-sama.
Okok sip kang, btw gimana ni thinkpad p50 milik akang? Masih gacor sampai hari ini??
Masih nih, alhamdulillah 🙂
Kang, spill olshop laptop second yg trusted and recommended dong